Minggu, 02 Juni 2013

Resensi buku: Heart

Masih dalam satu paket birthday give away-nya Bukumoo hehehe :D

Waktu buka kumpulan buku sih, cuma buku Ika Natassa yang paling menarik. Tapi namanya buku kan kayak makanan ya, masa dikasih engga dimakan? Akhirnya saya ambil satu buah buku lagi, judulnya Heart.
Covernya ada gambar wajah cewek yang familiar, lupa namanya. Maaf judging, tapi saya gak terlalu suka ama novel yang desainnya kayak gini, berasa disamain sama poster filmnya (Heart udah tayang waktu saya SD kayaknya). EH pas lihat yang nulis Ninit Yunita, saya langsung kaget dan mikir. "Ini kan yang nulis Test Pack?"
Dengan tanpa pertimbangan, langsunglah saya menjudge (sekali lagi) bahwa novel ini pasti bagus. Dan gak salah.

Judul: Heart
Pengarang: Ninit Yunita
Penerbit: Gagasmedia



Sinopsis? Simpel. Rachel sama Farel sahabatan dari kecil, umur sekitar 10 tahun, sampai dewasa.
Akhirnya Farel dewasa nemu cewek yang langsung ngerangkap jadi belahan hatinya (gak tau nih si Farel emang lebay) tapi gak salah sih, Luna emang jadi one and only-nya Farel. Luna yang pendiam dan murung, diibaratkan Farel sebagai peri kecil. Luna mengidap kanker hati, sehingga Farel banyak menghabiskan waktu sama Luna. Pagi, siang, malem tuh kayaknya. Terus main basket bareng Rachel gimana? Terus nggodain Rachel pas nyuci mobil siapa? Iya gak ada.

Novel ini.... what do i have to say?
Kalo ditinjau dari segi penulisan, mungkin Ninit Yunita bisa kalah dalam novel ini, dibanding dengan novel-novel penulis lainnya yang lebih waw dengan kreasi penulisannya.
Tapi satu yang gak bisa dikasih sama novel-novel lain, innocence taste. Novel ini sederhana dan apa adanya. Gaya bahasanya, kita seperti sedang mendengarkan anak kecil yang lagi cerita.
Walaupun mungkin semuanya serba to the point, satu kejadian satu kalimat, dan banyak kejadian tak terduga yang tidak lazim, saya menikmatinya. Really innocence.
Saya pikir novel setipis ini gak bisa bikin saya menangis, dan saya nyesel gak nyediain tisu..
Walaupun saya punya sedikit pandangan yang aneh ttg ending tokoh utama yang meninggal.

Well, menurut saya, seorang penulis yang "mematikan" tokoh utamanya dengan dampak "menyadarkan" orang yang bersalah pada tokoh utama seperti mengambil jalan pintas. Kematian? Siapa yg berani melawan? Pasti semua kembali menyesal dan jadi baik. Saya bukan penganut happy ending maupun pengecam sad ending (tapi kalau gantung, i'll kill ya hehe), tapi untuk urusan ending with dead of main character punya feeling tersendiri lah sama saya. *opinion*

Overall, this was good!
Lumayan buat melengkapi koleksi novel gagas :)
Rate: 7/10.

See ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar